Mekanisme-mekanisme
keausan
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, material jenis apapun dapat
mengalami keausan dengan mekanisme yang beragam , yaitu keausan adhesif,
keausan abrasif, keausan lelah, keausan
oksidasi, dan keausan
erosi. Berikut ini akan dijelaskan secara
singkat tentang mekanisme-mekanisme keausan.
1.
Keausan adhesif
(Adhesive wear)
Keausan adhesif terjadi karena adanya kontak permukaan dari dua material atau lebih yang mengakibatkan
adanya perlekatan satu sama lainnya (adhesif) serta terbentuknya deformasi plastis yang mengakibatkan
terjadi pelepasan salah satu material, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2 : keausan metode adhesive
Faktor-faktor
yang menyebabkan adhesif wear antara lain :
1. Kecenderungan dari material yang berbeda untuk membentuk
larutan padat atau senyawa intermetalik.
2. Kebersihan permukaan.
Jumlah partikel terlepas akibat terjadinya aus melalui
mekanisme adhesif ini dapat dikurangi dengan cara ,antara lain :
1. Menggunakan material keras.
2. Menggunakan
material yang
jenis yang berbeda dan memiliki perbedaan struktur
kristal.
2.
Keausan Abrasif (Abrasive wear)
Keausan abrasif terjadi pada dua material yang berbeda tingkat kekerasannya.
Keausan abrasif terjadi karena adanya penetrasi dari partikel material yang
lebih keras menuju permukaan material yang lebih lunak. Hal ini menyebabkan
material yang lebih lunak, seperti yang bisa kita lihat pada gambar 3 di bawah ini. Tingkat keausan pada mekanisme ini ditentukan
oleh derajat kebebasan ( degree of freedom ) partikel materal yang lebih keras atau asperity tersebut.
Sebagai contoh partikel pasir silika menghasilkan keausan
yang lebih tinggi ketika diikat pada permukaan yang keras,
seperti kertas amplas, dibandingkan bila partikel
tersebut berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel pasir akan mengalami tarikan sepanjang
permukaan sehingga terjadi pengoyakkan.
Sementara pada kasus yang
kedua, partikel pasir mungkin
hanya berputar (rolling) tanpa efek abrasi. Faktor yang berperan dalam
kaitannya dengan ketahananmaterial terhadap abrasive wear antara lain:
1. Kekerasan material
2. Kondisi struktur mikro
3. Ukuran abrasif
4. Bentuk abrasif
Bentuk kerusakan permukaan akibat keausan abrasif,
antara lain :
1.Scratching
2. Scoring
3.Gouging
Gambar 3 : keausan metode abrasive
3.
Keausan Lelah ( Fatigue wear )
Keausan lelah mempunyai mekanisme yang sedikit berbeda dibandingkan dengan dua mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesif maupu abrasif melibatkan hanya satu interaksi, sementara pada keausan lelah dibutuhkan interaksi multi. Keausan ini terjadi karena interaksi permukaan dan interaksi permukaan tersebut mengalami beban berulang. Hal ini menyebabkan terbentuknya retakan-retakan yang berukuran mikro.dimana permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak yang berukuran mikro tersebut kemudian menjadi satu dan mengakibatkan pengelupasan material. Tingkat keausan pada mekanisme ini bergantung pada tingkat pembebanan. Contoh dari keausan lelah bisa kita lihat pada gambar 4:
Gambar 4 : mekanisme keausan lelah
4.
Keausan Oksidasi/Korosif (Corrosive
wear)
Proses keausan oksidasi dimulai
dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan.
Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan lapisan pada
permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk.
Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface antara
lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan
tercabut.
Gambar 5 : mekanisme keausan oksidative
5.
Keausan Erosi (Erosion wear)
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa
partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya
kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika sudut benturannya
membentuk sudut gaya normal (90o), maka keausan yang terjadi akan
mengakibatkan brittle failure pada permukaannya, skematis pengujiannya
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 6 : mekanisme keausan korosif
Mengatasi Keausan
Untuk
mengatasi keausan digunakan thermal spray
coatings. Thermal Spray coating telah dan digunakan
dalam area yang sangat luas untuk ketahanan aus permukaan dan dipergunakan
untuk perbaikan keausan permukaan.
Pemilihan lapisan permukaan biasanya berdasarkan
pada kekerasan atau berdasarkan standard uji keausan, yang akan mengindikasikan
bahwa pelapisan dengan HVOF tungsten carbide/cobalt, plasma sprayed chromium
oxide ceramic atau fused coating menghasilkan performa terbaik. Tetapi
Pelapisan dengan material ini tidak dimanfaatkan secara umum untuk semua
pemakaian, hal ini karena harus memperhatikan factor-faktor lainnya seperti :
- Biaya
- Usia pemakaian
- Korosi
- Temperatur
- Lubrikasi
- Abrasif
- Beban dan kecepatan
- Impact, shock atau fatique
- Kemampuan untuk bekerja lebih
keras
- Koefisien gesekan
- Porosity
- Kekerasan dan sudut serangnya
(Severity and angle of attack )
Sifat lainnya yang diperlukan, diantaranya:
-Conductancy
-Insulator
-Non-Magnetic
-Ketahanan korosi
-Abrasive
-Koefisien gesek yang sangant
rendah
Thermal spray coatings sendiri ada banyak jenisnya.
Contoh-contoh dari thermal spray coatings
sebagai berikut :
1.
Thermal Spray Coatings for Soft Bearing Surfaces
2.
Thermal Spray Coatings for Hard Bearing Surfaces
3.
Thermal Spray Coatings for Resistance to Abrasion
4.
Thermal Spray Coatings for Resistance to Fretting
5.
Thermal Spray Coatings for Resistance to Erosion
- Coatings for Low Friction and Non-stick Properties
1. Spray Coatings for Soft Bearing
Surfaces
Lapisan yang biasa digunakan:
- Aluminium perunggu
- Phosphor perunggu
- Logam putih atau Babbitt
- Aluminium perunggu / polimer
komposit
2. Thermal Spray Coatings for Hard
Bearing Surfaces
Lapisan yang biasa digunakan: - cermet pelapis seperti tungsten carbide /
kobalt dan kromium karbida / krom nikel - Oksida keramik seperti kromium oksida
dan alumina - Molibdenum - Berbagai paduan keras dari besi, kromium nikel, atau
kobal
3. Thermal Spray Coatings for Resistance to Abrasion
Lapisan berikut umum digunakan:
• cermet pelapis seperti tungsten carbide / kobalt
• karbida kromium / nikel krom (terutama untuk suhu tinggi di atas 540 C)
• Oksida keramik seperti kromium oksida dan alumina
• Fused peremaja paduan
diri (NiCrSiB)
• Berbagai paduan keras
dari besi, kromium nikel, atau kobalt
4. Thermal Spray
Coatings for Resistance to Fretting and Surface Fatigue
Coating tahan keausan
disebabkan oleh berulang sliding, rolling, berdampak atau getaran. Umumnya
pelapis dengan ketangguhan yang baik dan tegangan tarik yang rendah sisa adalah
yang terbaik. Lapisan berikut umum digunakan:
• cermet pelapis
seperti tungsten carbide / kobalt
• karbida kromium /
nikel krom (terutama untuk suhu tinggi di atas 540 C)
• Aluminium perunggu
• tembaga nikel indium
• Berbagai paduan dari
besi, kromium nikel, atau kobalt
5. Thermal Spray
Coatings for Resistance to Erosion
Lapisan berikut umum
digunakan:
• cermet pelapis
seperti tungsten carbide / kobalt
• karbida kromium /
nikel krom (terutama untuk suhu tinggi di atas 540 C)
• Non ferrous paduan,
perunggu, aluminium, monel
• Oksida keramik
seperti kromium oksida dan alumina
• Berbagai paduan dari
besi, kromium nikel, atau kobalt
6. Coatings for Low
Friction and Non-stick Properties
Bahan polimer jenis PTFE memiliki
koefisien yang sangat rendah gesekan dan "non-stick" untuk bahan yang
paling. Properti ini khususnya sangat berguna, namun bahan ini memiliki
kekuatan yang sangat rendah dan ketahanan keausan sangat miskin. Kombinasi
coating, dimana coating semprot termal digunakan untuk memberikan dukungan
mekanik dan keying untuk polimer dan untuk memberikan ketahanan aus, membuat
untuk kompromi yang sangat efektif
0 komentar:
Post a Comment