Inspeksi
Inspeksi
atau pemerikasaan cacat adalah pemeriksaan terhadap produk coran untuk
mengetahui ada tidaknya cacat pada produk coran tersebut. Karena potensi
terjadinya cacat pada coran cukup tinggi, maka inspeksi terhadap produk coran
perlu dilakukan. Macam - macam metode pengujian yang sering dilakukan yaitu:
1.
Liquid
Penetrant Test
Metode liquid penetrant test merupakan metode
NDT (Non Destructive Test) yang
paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan cacat di permukaan
terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam. Melalui metode ini
cacat pada permukaan material akan terlihat jelas.
Caranya adalah dengan
memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang di inspeksi. Cairan ini
harus memiliki daya penetrant yang
baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat di permukaan
material yang diberikan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant yang tertinggal dibersihkan
dengan penetrant developer.
Keuntungan
dari liquid penetrant test:
·
Mudah diaplikasikan;
·
Murah;
·
Tidak dipengaruhi oleh
sifat kemagnetan material dan komposisi kimia;
·
Jangkauan permukaan cukup
luas;
Kekurangan
dari liquid penetrant test:
·
Tidak dapat dilakukan
pada benda dengan permukaan kasar dan berpori.
Gambar
: Liquid penetrant test
Sumber : Degarmo, 2008:247
2.
Magnetic
Particle Inspection
Dengan menggunakan metode
ini, cacat pada permukaan atau sedikit dibawah permukaan (Subsurface) pada benda yang bersifat ferromagnetic dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan
memanfaatkan bahan yang akan diuji. Adanya cacat tegak lurus arah medan magnet
akan mengakibatkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini
mengindikasi adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kebocoran medan magnet ini dengan menabur partikel magnetic di permukaan. Partikel - partikel tersebut akan menggumpal
pada daerah kebocoran medan magnet.
Kelebihan:
·
Mudah;
·
Tidak memerlukan keahlian
khusus.
Kekurangan:
·
Penggunaan terbatas pada
material ferromagnetic;
· Adanya kemungkinan cacat tidak terdeteksi akibat orientasi cacat searah medan magnet.
Gambar : Magnetic particle inspection
Sumber : De
Garmo, 2008 : 248
3.
Ultrasonic
Test
Prinsip yang digunakan
adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen
uji dan sinyal yang ditransmisikan akan dipantulkan kembali. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki
frekuensi 0,5 - 20 MHz. Gelombang suara akan berpengaruh jika ada retakan atau
cacat pada material.
Kelebihan:
·
Cukup teliti dan akurat;
·
Hanya diperlukan satu
sisi untuk dapat mendeteksi keseluruhan;
·
Indikasi dapat langsung
diamati.
Kekurangan:
·
Memerlukan pelaksana yang
terlatih dan berpengalaman;
· Benda uji dengan permukaan kasar, tidak beraturan, sangat kecil sangat sulit diuji.
Gambar
: Ultrasonic test
Sumber : Degarmo, 2008:251
4.
Eddy
Current Test
Inspeksi ini memanfaatkan
prinsip elektomagnetik. Prinsipnya, arus listrik dialirkan pada kumparan untuk
membangkitkan medan magnet didalamnya. Jika medan magnet dikenakan pada benda
logam yang akan diinspeksi, akan terbangkit arus Eddy, kemudian diinspeksi.
Kelebihan:
·
Hasil pengujian dapat
langsung diketahui;
·
Pengujian Eddy aman dan
tidak ada bahaya radiasi.
Kekurangan:
·
Hanya dapat diterapkan
pada permukaan yang dapat dijangkau;
·
Hanya diterapkan pada
bahan logam saja.
Gambar : Eddy current
test
Sumber : Degarmo, 1984:278
5.
Radiographic
Inspection
Metode ini untuk
menetapkan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar Gamma.
Prinsipnya sinar dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus
objek sebagian sinar akan diserap sehingga intensitas berkurang. Intensitas
akhir kemudian direkam dalam film
yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film ini akan memperlihatkan bagian
material yang mengalami cacat.
Kelebihan:
·
Faktor ketebalan benda
tidak mempengaruhi. Hal ini mengingat daya tembus sinar gamma yang besar;
·
Mampu menggambarkan
bentuk cacat dengan baik.
Kekurangan:
·
Memerlukan operator yang
berpengalaman;
·
Efek radiasi sinar gamma
berbahaya.
Gambar : Radiographic
inspection
Sumber : De Garmo, 1984 : 278
1.
Uji Porositas
Dalam pemeriksaan
porositas dilakukan dengan uji piknometri san uji komposisi. Dalam pemgujian
komposisi ketidakteraturan bahan diteliti. Demikian pemeriksaan porositas dapat
dilakukan baik dengan perlakuan tekanan maupun dari foto mikrostruktur dari
coran.
Untuk mencari persentase
porositas yang terdapat dalam suatu coran digunakan 2 jenis densitas, yaitu:
a.
True
Density
Kepadatan dari suatu
benda padat tanpa porositas yang terdapat didalamnya. Didefinisikan sebagai
perbandingan massanya terhadap volume sebenarnya.
b.
Apparent Density
Berat setiap muatan
volume material termasuk cacat yang terdapat dalam material uji gr/cm3
Pengukuran
densitas menggunakan metode piknometri, yaitu sebuah proses membandingkan
densitas relatif dari sebuah padatan dan sebuah cairan diketahui densitas dari
padatan dapat dihitung.
Untuk
memperoleh nilai true density dapat
dicari dengan persamaan yang ada pada standar ASTME 252,84 yaitu:
Dimana:
Dengan perhitungan Appointment density dapat dicari dengan menggunakan persamaan sesuai standar ASTM B311-93 sebagai berikut:
Dimana:
Perhitungan
persentase porositas yang terjadi, dapat diketahui dengan membandingkan
densitas tempat atau Appointment density
dengan densitas, yaitu:
Prinsip
kerja:
Piknometri menggunakan hukum Archimedes. Jadi hasil coran dihitung pada udara bebas dibanding dengan berat hasil coran dimasukkan dalam air. Selisih berat ini nantinya termasuk ke dalam Apparent density yang selanjutnya digunakan pada true density.
0 komentar:
Post a Comment